Profil Muslim Negarawan
Kaitan antara ciri Muslim Negarawan dan aplikasi
pencapaiannya melalui Enam Kompetensi Kritis dapat dipahami dari table berikut
ini:
5 PROFIL MUSLIM NEGARAWAN
|
6 KOMPETENSI KRITIS
|
10 IJDK KAMMI
|
Ideologi Islam yang mengakar
|
Pengetahuan Ke-Islam-an
|
1)
Akidah
2)
Ibadah
3)
Tsaqofah Keislaman
|
Idealis dan konsisten
|
Kredibilitas Moral
|
4)
Akhlak
|
Basis pengetahuan dan pemikiran yang mapan
|
Wawasan ke-Indonesia-an
|
5)
Fikrah dan Manhaj
Perjuangan
6)
Wawasan Keindonesiaan
|
Kepakaran dan
profesionalisme
|
7)
Kepakaran dan
Profesionalitas
8)
Pengembangan diri
|
|
Berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan
bangsa
|
Kepemimpinan
|
9)
Kemampuan Sosial Politik
10)
Pergerakan dan
Kepemimpinan
|
Perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan
|
Diplomasi dan jaringan
|
***
|
Pembangunan Kompetensi Kritis
Untuk mewujudkan sosok Muslim Negarawan erat kaitannya dengan pembangunan
sistem gerakan (organic system building). Idealnya gerakan mahasiswa
Islam adalah gerakan yang tertata rapi (quwwah al-munashomat), memiliki
semangat keimanan yang kuat (ghirah qawiyah) dan didukung kader-kadernya
yang kompeten. Tiga hal ini merupakan syarat utama munculnya sosok Muslim
Negarawan yang memiliki keberpihakan pada kebenaran dan terlatih dalam proses
perjuangannya.
Secara aplikatif sosok kader Muslim Negarawan harus memiliki kompetensi
kritis yang harus dilatih sejak dini. Kompetensi kritis ini adalah kemampuan
dasar yang harus dimiliki kader yang dirancang sesuai kebutuhan masa depan
sebagaimana yang dirumuskan di dalam Visi Gerakan KAMMI. Terdapat enam kompetensi kritis yang harus dimiliki kader KAMMI, sebagai
berikut ini:
1.
Pengetahuan Ke-Islam-an
Kader harus memiliki ilmu
pengetahuan dasar keislaman, ilmu alat Islam, dan wawasan sejarah dan wacana
keislaman. Pengetahuan ini harus dimiliki agar kader memiliki sistem berpikir
Islami dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang Islam.
2.
Kredibilitas Moral
Kader memiliki basis
pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsistensi dakwah Islam.
Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan
manhaj tarbiyah Islamiyah serta implementasinya dalam gerakan (tarbiyah
Islamiyah harakiyah).
3.
Wawasan ke-Indonesia-an
Kader memiliki pengetahuan
yang berkorelasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga
kader yang dihasilkan dalam proses kaderisasi KAMMI selain memiliki daya
kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara
pandang makro kebangsaan agar kemudian dapat memberikan solusi praktis dan
komprehensif.
Wawasan ke-Indonesia-an
yang dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan
publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner.
4.
Kepakaran dan
profesionalisme
Kader wajib menguasai studi
yang dibidanginya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan
problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat
mutlak yang kelak menjadikan kader dan gerakan menjadi referensi yang ikut
diperhitungkan publik.
5.
Kepemimpinan
Kompetensi kepemimpinan
yang dibangun kader KAMMI adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang
lebih luas. Hal mendasar dari kompetensi ini adalah kemampuan kader
beroganisasi dan beramal jama’i. Sosok kader KAMMI tidak sekedar ahli di
wilayah spesialisasinya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang
mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, kader
pun memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan
terjadi akselerasi perubahan.
6.
Diplomasi dan Jaringan
Kader KAMMI adalah mereka
yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu
ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan fikrah
atau gagasannya sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis
masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini
adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.
0 komentar:
Posting Komentar